Mahasiswa bukan Maha-sisa-------Mahasiswa/i dan Pelajar Papua harus bisa mengetahui situasi Papua secara komprehensif
![]() |
doc penulis sumber:akun pribadi fb |
Mahasiswa
bukan Maha-sisa
“Pada
saat posisi sebagai mahasiswa itulah kesempatan yang baik untuk memahami Papua
secara keseluruhan dan menentukan sikap perlawanannya untuk merebut harkat dan
martabat bangsa Papua yang sedang diinjak oleh kolonialis dan kapitalis demi
kepentingan kekuasaan, ekonomi politik”.
Belum
adanya pemahaman tentang ke-Papua-an dalam diri mahasiswa Papua di luar dan
juga di tanah air (Papua) menjadi persoalan tersendiri bagi generasi muda,
terutama mahasiswa Papua. Persoalan yang dimaksud di sini adalah terciptanya
peluang untuk masuknya doktrin dari luar demi kepentingan tertentu. Karena
sampai saat ini, kita belum sadar kalau tanah Papua ini dirampas dan dijadikan
sebagai tempat melampiaskan nafsu para kapitalis. Kita juga belum sadar kalau
orang Papua dibunuh, disiksa, diperkosa dan ditindas serta dideskriminasi di
semua aspek kehidupan.
Karena
tidak sadar, kadang kita terbawah arus dengan politik praktis yang berlaku lima
tahunan dan pemekaran (Desa, Distrik, Kabupaten/kota dan Provinsi), yang
sebenarnya merupakan suatu metode sistematis dari negara untuk memetahkan
dan/atau memecahbelah relasi orang Papua dan menghancurkan budayanya.
Doktrin
eksternal yang masuk melalui budaya itu pasti tatanan hidup masyarakat akan
hancur, seperti yang sedang terjadi seluruh pelosok tanah papua. Orang papua
sudah kehilangan identitas. Untuk membangun ke-Papua-an dalam benak mahasiswa
Papua perlu adanya kesadaran atas strategi politik yang dibangun oleh
pemerintah kolonial Indonesia dan kapital global yang menghancurkan tatanan
hidup orang Papua. Seharusnya sebagai orang Papua tentu sudah tahu dan memahami
metode sistematis yang memakai baju “pembangunan dan kesejahteraan” ini, tetapi
menjadi sulit ketika segala sesuatu dalam kehidupan sosial bisa dinilai dengan
rupiah.
Konteks
ini memberikan gambaran kepada kita bahwa kapitalisasi sosial sedang terjadi
dalam kehidupan masyarakat di seluruh pelosok tanah Papua. Akhirnya keadilan
dan kebenaran serta kepedulian antar sesama pun dinilai dengan uang. Konteks
inilah yang membuat semua orang sedang berlomba mencari uang dengan cara apa
pun tanpa membedakan antara haram dan halal.
Sebagai
masyarakat awam, dapat dimaklumi dari segi keterbatasan pengetahuan. Tetapi
menjadi persoalan serius yang perlu didiskusikan ketika generasi muda, terutama
mahasiswa Papua terjebak dan/atau ikut arus dalam konteks ini. Karena sulit
bagi masyarakat untuk memahami konteks ini, ketika orang-orang terpelajar tidak
memiliki daya kritis dan tak mampu memberikan pencerahan kepada masyarakat.
Karena
sampai saat ini, dikalangan mahasiswa Papua belum menunjukkan rasa kepedulian
terhadap persoalan yang terjadi bahkan tidak ada yang memahami Papua seutuhnya,
paling yang diketahui hanya lingkup wilayah administratif masing-masing. Hal
ini terjadi karena mahasiswa tidak memiliki daya kritis akhirnya bisa dan/atau
mudah didoktrin sehingga yang menjadi korban adalah masyarakat kecil, karena
mereka (masyarakat, terutama keluarga) dari mahasiswa yang tidak memiliki daya
kritis ini memberikan doktrin dengan pemahaman yang dangkal tersebut sehingga
masyarakat Papua tetap berada dalam situasi yang ada, atau dengan kata lain,
berjalan di tempat. Akhirnya rasa memiliki dan rasa empati terhadap sesama
orang Papua yang telah menjadi kebiasaan dalam kehidupan sosial kini semakin pudar.
Sadar
dan Lawan
Pemahaman
tentang ke-Papua-an perlu diberikan secara regenerasi kepada setiap individu,
komunitas, dan organisasi Papua yang ada di mana saja. Pemahaman yang dimaksud
terkait beragam potensi alam maupun kultur serta akar dari beragam persoalan di
Papua yang sampai saat ini belum tuntas. Perlu menelusuri dari mana munculnya
semua persoalan itu supaya kita bisa memberikan jawaban atas persoalan
tersebut, dan juga kita perlu menyadari di mana eksistensi kita, asal dari mana
dan apa yang terjadi dalam kehidupan masyarakat Papua agar kita benar-benar
sadar.
Kesadaran
diri pribadi sebagai mahasiswa Papua sangat diperlukan tertanam dalam diri
setiap individu agar merasa terpanggil untuk mengambil bagian dalam merespon
sejumlah persoalan yang melanda kehidupan orang Papua. Organisasi mahasiswa
Papua yang ada di mana saja perlu melakukan pengkaderan dengan metode
pendekatan ideologi organisasi yang bersangkutan, bukan dengan pendekatan makan
dan minum serta hubungan kekerabatan. Pendekatan ideologi dapat diwujudkan
dalam berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi yang mampu
memberikan kontribusi positif bagi setiap kader agar benar-benar merasa
bertanggungjawab dalam menjalankan dan/atau memperjuangkan ideologi organisasi
tersebut.
Pengkaderan
dengan pendekatan ideologi organisasi ini sangat penting sehingga perlu
diupayakan untuk membentuk kader berkarakter yang mempunyai kesadaran dan
loyalitas yang tinggi dalam memperjuangkan ideologi organisasi. Orang yang
mempunyai kesadaran dan loyalitas terhadap organisasi tak akan berhenti
memperjuangkan ideologinya hingga nyawa bisa dipertarukan. Pengkaderan seperti
ini harus berjalan terus memberikan pemahaman ke-Papua-an kepada kawan-kawan
mahasiswa Papua lainnya demi membentuk kader berkarakter dan berkualitas secara
terus-menerus.
Untuk
itu, perlu adanya komunikasi yang intens serta memberikan pemahaman ke-Papua-an
melalui metode yang lebih sederhana, yakni pendekatan individu dengan cara
menutupi kelemahan, dengan ini secara perlahan-lahan akan muncul kesadaran
dalam diri mahasiswa Papua. Oleh karena itu, apabila kita memberikan suatu
pemahaman harus dengan sungguh-sungguh, agar yang mendengarkan bisah mengerti
dan menerima tanpa meragukan, tetapi yang perlu diingat adalah bahwa orang lain
bisa berikan yang duplikat, maka berjuang dan berusaha untuk mendapatkan yang
aslinya tanggungjawab pribadi.
Namun,
penulis juga menyadari bahwa mahasiswa bukan berarti mengetahui segala hal,
tetapi mahasiswa berarti berproses untuk mengetahui banyak hal-hal baru melalui
perkuliahan dan terutama diskusi, seminar, membaca, dan manulis serta
kreatifitas lainnya. Untuk membangkitkan jiwa patriotisme dan nasionalisme
ke-Papua-an ditingkat mahasiswa Papua perlu melakukan pengkaderan melalui
organisasi-organisasi Papua yang ada supaya kita mempunyai pegangan dan
perjuangan Papua tetap eksis dan ideologi diregenerasi.
Esensinya,
perlu adanya pemahaman tentang ke-Papua-an melalui organisasi Papua yang ada,
melakukan kaderisasi, melakukan pendekatan individu, bergabung dan mengikuti
kegiatan apa saja yang diselenggarakan oleh organisasi Papua dan yang lainnya.
Diskusi harus diteruskan dan banyak membaca berdiskusi dan manulis kalau sudah
terbiasa , nanti anda akan haus ilmu. Setiap hari harus sisikan waktu beberapa
menit untuk membaca. Jika mahasiswa Papua sudah memahami Papua, baru bisa
bergabung keluar untuk mencari pengalaman dan ilmu di organisasi mana saja. Hal
ini penting agar kita tidak mudah terdoktrin dengan kepentingan tertentu yang
merendahkan harkat dan martabat manusia Papua
HIDUP
ALIANSI MAHASISWA PAPUA ( AMP )
Asli
aku san liar.
Komentar
Posting Komentar