4 NEGARA BONEKA ALA PETER W.BOTHA DI AFRIKA SELATAN DAN 5 PROVINSI BONEKA ALA IR. JOKO WIDODO DI TANAH PAPUA
4
NEGARA BONEKA ALA PETER W.BOTHA DI AFRIKA SELATAN DAN 5 PROVINSI BONEKA ALA IR.
JOKO WIDODO DI TANAH PAPUA
—————————————
Doc: Peta Papua |
"5
provinsi di Papua untuk jumlah penduduk 4.392.024 jiwa dan untuk 5 Kodam, 5
Polda dan puluhan Kodim, Korem, Polres dan Polsek. Tanah Papua menjadi Rumah
Militer dan Kepolisian. Penguasa Indonesia buat masalah baru dan luka di dalam
tubuh bangsa Indonesia semakin membusuk dan bernanah. Penguasa Indonesia miskin
ide, kreativitas dan inovasi serta kehilangan akal normal menghadapi persoalan
krisis kemanusiaan dan ketidakadilan di Papua"
Oleh:
Gembala Dr. Socratez S. Yoman, MA
"....7
provinsi, syarat untuk meredam pemberontakan. Ini masalah keamanan dan masalah
politik. ...syarat-syarat administratif nanti kalau sudah aman bikin
syarat-syarat administratif. Seluruh Irian, tidak sampai dua juta orang."
( Haji Abdullah Mahmud Hedropriyono).
Jenderal
(Purn) TNI Prof. Dr. Ir. Drs. H.Abdullah Mahmud Hendropriyono, S.T., S.H. S.E.,
S.I.P., M.B.A., M.A., M.H., lebih dikenal A.M. Hendropriyono adalah salah satu
tokoh intelijen dan militer Indonesia.
Melihat
dari pernyataan Abdullah Mahmud Hendropriyono, “Indonesia sesungguhnya kolonial
moderen di West Papua. Ini fakta yang sulit dibantah secara antropologis dan
sejarah serta realitas hari ini.” (Dr. Veronika Kusumaryati, 10 Agustus 2018;
lihat Yoman: Melawan Rasisme dan Stigma di Tanah Papua, 2020:6).
Jumlah
Penduduk West Papua dalam dua provinsi masing-masing: Provinsi Papua 3.322.526
jiwa dan Papua Barat 1.069.498 jiwa. Totalnya 4.392.024 jiwa.
Penulis
mencoba membagi secara merata dari total penduduk 4.392.024 jiwa untuk lima
provinsi.
1.
Provinsi Papua akan dihuni dengan jumlah penduduk 878.404 jiwa.
2.
Provinsi Papua Barat akan dihuni dengan jumlah penduduk 878.404 jiwa.
3.
Provinsi BONEKA I akan dihuni dengan jumlah penduduk 878.404 jiwa.
4.
Provinsi BONEKA II akan dihuni dengan jumlah penduduk 878.404 jiwa.
5.
Provinsi BONEKA III akan dihuni dengan jumlah penduduk 878.404 jiwa.
Pertanyaannya
ialah apakah jumlah penduduk masing-masing provinsi 878.404 jiwa layak dan
memenuhi syarat untuk menjadi sebuah provinsi?
Penulis
melakukan komparasi jumlah penduduk provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur.
1.
Jumlah Penduduk Jawa Barat 46.497.175 jiwa.
2.
Jumlah Penduduk Jawa Tengah 35.557.248 jiwa.
3.
Jumlah Penduduk Jawa Timur 38.828.061 jiwa.
Pertanyaannya
ialah mengapa pemerintah Republik Indonesia tidak melakukan pemekaran provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang jumpah penduduk terbanyak?
Konsekwensi
dari kekurangan jumlah penduduk di provinsi ini, penguasa kolonial moderen
Indonesia akan memindahkan kelebihan penduduk orang-orang Melayu Indonesia ke
provinsi-provinsi boneka ini.
Lima
provinsi ini juga dengan tujuan utama untuk membangun 5 Kodam, 5 Polda, puluhan
Kodim dan puluhan Polres dan berbagai kesatuan. Tanah Melanesia ini akan
dijadikan rumah militer, polisi dan orang-orang Melayu Indonesia.
Akibat-akibat
akan ditimbulkan ialah orang asli Papua dari Sorong-Merauke akan kehilangan
tanah karena tanah akan dirampok dan dijarah untuk membangun gedung-gedung
kantor, markas Kodam, Polda, Kodim, Polres. Manusianya disingkirkan, dibuat miskin,
tanpa tanah dan tanpa masa depan, bahkan dibantai dan dimusnahkan seperti hewan
dengan cara wajar atau tidak wajar seperti yang kita alami dan saksikan selama
ini.
Ada
fakta proses genocide (genosida) dilakukan penguasa kolonial moderen Indonesia
di era peradaban tinggi ini. Kejahatan penguasa kolonial Indonesia terus mulai
terungkap di depan publik. Tahun 1969 ketika bangsa West Papua diintegrasikan
ke dalam Indonesia, jumlah populasi OAP sekitar 809.337 jiwa. Sedangkan PNG
berkisar 2.783.121 jiwa. Saar ini pertumbuhan penduduk asli PNG sudah mencapai
8.947.024 juta jiwa, sementara jumlah OAP masih berada pada angka 1, 8 juta
jiwa.
Fakta
ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia adalah benar-benar penguasa kolonial
moderen yang menduduki dan menjajah rakyat dan bangsa West Papua.
Dr.
Veronika Kusumaryati, seorang putri generasi muda Indonesia dalam disertasinya
yang berjudul: Ethnography of Colonial Present: History, Experience, And
Political Consciousness in West Papua, mengungkapkan:
“Bagi
orang Papua, kolonialisme masa kini ditandai oleh pengalaman dan militerisasi
kehidupan sehari-hari. Kolonialisme ini juga bisa dirasakan melalui tindak
kekerasan yang secara tidak proporsional ditunjukan kepada orang Papua, juga
narasi kehidupan mereka. Ketika Indonesia baru datang, ribuan orang ditahan,
disiksa, dan dibunuh. Kantor-kantor dijarah dan rumah-rumah dibakar.
…kisah-kisah ini tidak muncul di buku-buku sejarah, tidak di Indonesia, tidak
juga di Belanda. Kekerasan ini pun tidak berhenti pada tahun 1960an” (2018:25).
Pemerintah
Indonesia mengulangi seperti pengalaman penguasa kolonial Apartheid di Afrika
Selatan pada tahun 1978, Peter W. Botha menjadi Perdana Menteri dan ia
menjalankan politik adu-domba dengan memecah belah persatuan rakyat Afrika Selatan
dengan mendirikan Negara-negara boneka:
1.
Negara Boneka Transkei.
2.
Negara Boneka Bophutha Tswana.
3.
Negara Boneka Venda.
4.
Negara Boneka Ciskei.
Doc: bukti rencana pemekaran DOb |
(Sumber:
16 Pahlawan Perdamaian Yang Paling Berpengaruh: Sutrisno Eddy, 2002, hal. 14).
Ancaman
serius dan tersingkirnya orang asli Papua di Tanah leluhur mereka dengan fakta
di kabupaten sudah dirampok oleh orang-orang Melayu dan terjadi perampasan dari
hak-hak dasar dalam bidang politik OAP. Lihat bukti dan contohnya sebagai
berikut:
1.Kabupaten
Sarmi 20 kursi: Pendatang 13 orang dan Orang Asli Papua (OAP) 7 orang.
2.
Kab Boven Digul 20 kursi: Pendatang 16 orang dan OAP 6 orang
3.
Kab Asmat 25 kursi: Pendatang 11 orang dan OAP 14 orang
4.
Kab Mimika 35 kursi: Pendatang 17 orang dan OAP 18 orang
5.
Kab Fakfak 20 kursi: Pendatang 12 orang dan OAP 8 orang.
6.
Kab Raja Ampat 20 kursi: Pendatang 11 orang dan OAP 9 orang.
7.
Kab Sorong 25 kursi: Pendatang 19 orang dan OAP 7 orang.
8.
Kab Teluk Wondama 25 kursi: Pendatang 14 orang dan OAP 11 orang.
9.
Kab Merauke 30 kursi: Pendatang 27 orang dan OAP hanya 3 orang.
10.
Kab. Sorong Selatan 20 kursi. Pendatang 17 orang dan OAP 3 orang.
11.
Kota Jayapura 40 kursi: Pendatang 27 orang dan OAP 13 orang.
12.
Kab. Keerom 23 kursi. Pendatang 13 orang dan OAP 7 orang.
13.
Kab. Jayapura 25 kursi. Pendatang 18 orang dan OAP 7 orang.
Sementara
anggota Dewan Perwakilan Provinsi Papua dan Papua Barat sebagai berikut:
1.
Provinsi Papua dari ari 55 anggota 44 orang Asli Papua dan 11 orang
Melayu/Pendatang.
2.
Provinsi Papua Barat dari 45 anggota 28 orang Melayu/Pendatang dan hanya 17
Orang Asli Papua.
Nubuatan
Hermanus (Herman) Wayoi sedang tergenapi: “Pemerintah Indonesia hanya berupaya
menguasai daerah ini, kemudian merencanakan pemusnahan Etnis Melanesia dan
menggatinya dengan Etnis Melayu dari Indonesia. Hal ini terbukti dengan
mendatangkan transmigrasi dari luar daerah dalam jumlah ribuan untuk mendiami
lembah-lembah yang subur di Tanah Papua. Dua macam operasi yaitu Operasi
Militer dan Operasi Transmigrasi menunjukkan indikasi yang tidak diragukan lagi
dari maksud dan tujuan untuk menghilangkan Ras Melanesia di tanah ini…”
(Sumber: Pemusnahan Etnis Melanesia: Memecah Kebisuan Sejarah Kekerasan Di
Papua Barat: Yoman, 2007, hal. 143). Dikutip dari Makalah Tanah Papua (Irian
Jaya) Masih Dalam Status Tanah Jajahan: Mengungkap Hati Nurani Rakyat Tanah
Papua ( Bandar Numbay, Medyo Februari 1999).
Pemekaran
kabupaten/provinsi di West Papua sebagai operasi militer itu terbukti dengan
dokumen-dokumen Negara sangat rahasia.
Departemen
Dalam Negeri, Ditjen Kesbang dan LINMAS: Konsep Rencana Operasi Pengkondisian
Wilayah dan Pengembangan Jaringan Komunikadi dalam Menyikapi Arah Politik Irian
Jaya (Papua) untuk Merdeka dan Melepaskan Diri Dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. ( Sumber: Nota Dinas. No.578/ND/KESBANG/D IV/VI/2000 tanggal 9 Juni
2000 berdasarkan radiogram Gubernur (caretaker) Kepala Daerah Tingkat I Irian Jaya
No. BB.091/POM/060200 tanggal 2 Juni 2000 dan No.190/1671/SET/tertanggal 3 Juni
2000 yang berhubungan dengan tuntutan penentuan nasib sendiri orang Asli Papua.
Adapun
data lain: “Dokumen Dewan Ketahanan Nasional Sekretariat Jenderal, Jakarta, 27
Mei 2003 dan tertanggal 28 Mei 2003 tentang: ‘Strategi Penyelesaian Konflik
Berlatar Belakang Separatisme di Provinsi Papua melalui Pendekatan Politik
Keamanan.”
Lembaga-lembaga
yang melaksanakan operasi ini ialah Departemen Dalam Negeri, Departemen
Pertahanan dan Keamanan, Departemen Luar Negeri, khusus untuk operasi
diplomasi, Kepolisian Kepolisian Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, Badan
Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN), Badan Intelijen Stategis (BAIS TNI),
KOSTRAD dan KOPASSUS.
Doc:depopulasj perbandingan OAP vs non_OAP 2020 |
Ada
bukti lain penulis mengutip penyataan Abdullah Mahmud Hendropriyono, sebagai
berikut:
"Kalau
dulu ada pemikiran sampai 7 provinsi. Yang diketengahkan selalu syarat-syarat
untuk suatu provinsi. Yah, ini bukan syarat suatu provinsi, syarat untuk
meredam pemberontakan. Itu. Ini masalah keamanan dan masalah politik. Bukan
begini. Ini masalah keamanan dan masalah politik. Jadi, syarat-syarat
administratif seperti itu, ya, nanti kalau sudah aman bikin syarat-syarat
administratif. Begitu loh. Tidak sampai dua juta pak. Seluruh Irian, tidak
sampai dua juta. Makanya saya bilang, usul ini, bagaimana kalau dua juta ini
kita transmigrasikan. Ke mana? Ke Manado. Terus, orang Manado pindahin ke sini.
Buat apa? Biarkan dia pisah secara ras sama
Papua
New Guini. Jadi, dia tidak merasa orang asing, biar dia merasa orang Indonesia.
Keriting Papua itukan artinya rambut keriting. Itu, itukan, istilah sebutulnya
pelecehan itu. Rambut keriting, Papua, orang bawah. Kalau Irian itukan cahaya
yang menyinari kegelapan, itu Irian diganti Papua..."
Penguasa
Pemerintah Indonesia jangan menipu rakyat dan membebani rakyat Indonesia hampir
85% rakyat miskin. Karena, Bank Indonesia(BI) mencatat Utang Luar Negeri ( ULN)
Indonesia pada Februari 2020 dengan posisi hampir 6000 miliar dollar AS. Dengan
begitu, utang RI tembus Rp 6.376 triliun (kurs Rp 15.600). (Sumber: Kompas.com, 15 April
2020).
Indonesia
sebaiknya menyelesaikan luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia yaitu 4 pokok
akar masalah Papua. Terlihat bahwa Pemerintah dan TNI-Polri bekerja keras
dengan berbagai bentuk untuk menghilangkan 4 akar persoalan Papua yang
dirumuskan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang tertuang dalam buku
Papua Road Map: Negociating the Past, Improving the Present and Securing the
Future (2008). Empat akar persoalan sebagai berikut:
1)
Sejarah dan status politik integrasi Papua ke Indonesia;
(2)
Kekerasan Negara dan pelanggaran berat HAM sejak 1965 yang belum ada
penyelesaian;
(3)
Diskriminasi dan marjinalisasi orang asli Papua di Tanah sendiri;
(4)
Kegagalan pembangunan meliputi pendidikan, kesehatan, dan ekonomi rakyat Papua.
“Papua
adalah luka membusuk di tubuh bangsa Indonesia…kita akan ditelanjangi di depan
dunia beradab, sebagai bangsa yang biadab, bangsa pembunuh orang-orang Papua”
(Sumber: Franz Magnis:Kebangsaan, Demokrasi, Pluralisme: 2015: 255).
Sedangkan
Pastor Frans Lieshout, OFM, mengatakan:
"Orang
Papua telah menjadi minoritas di negeri sendiri. Amat sangat menyedihkan. Papua
tetaplah LUKA BERNANAH di Indonesia." (Sumber: Pastor Frans Lieshout,OFM:
Guru dan Gembala Bagi Papua, 2020:601).
Diharapkan,
solusi untuk mengakhiri semua persoalan ini, Dewan Gereja Papua (WPCC) dalam
seruan moral pada 21 November diserukan, sebagai berikut:
"Miminta
kepada Dewan HAM PBB (Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa) datang
berkunjung ke Tanah Papua untuk melihat secara langsung situasi penderitaan
panjang orang Papua selama 58 tahun."
"Sudah
saatnya pemerintah Indonesia menghentikan kebijakan rasisme sistemik pada orang
asli Papua yang terus-menerus meningkat."
"Presiden
Joko Widodo tetap konsisten mewujudkan statemennya pada 30 September 2019 untuk
berdialog dengan kelompok Pro Referendum, United Liberation Movement for West
Papua (ULMWP) dimediasi pihak ketiga sebagaimana yang pernah terjadi antara
Pemerintah RI dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Helsinki pada 15 Aguatus
2005."
=============
Ita
Wakhu Purom, Rabu, 19 Januari 2022
Penulis:
1.
Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua.
2.
Pendiri, Pengurus dan Anggota Dewan Gereja Papua (WPCC).
4.
Anggota Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC).
4.
Anggota Baptist World Alliance (BWA).
Nomor
kontak penulis: 08124888458/HP/WA
#TolakDOBPapua #TolakPemekaran #TolakUUOtsusJilidII #TolakOtsusJilidII #TolakOtsus #FreeWestPapua #Referendum
Komentar
Posting Komentar