![]() |
Doc: photo keterangan |
Di tulis oleh: Tuan Jefri wenda
"Pandemi Covid19: Virusnya itu Penjajah dan Vaksinya Papua Merdeka"
Bingung ditegah situasi penjajahan dan Pandemi Covid-19. Terkadang susah melihat Papua secara menyeluruh dan menganalisis segalah macam persoalan di Papua ketika saat berada di Papua, berbeda ketika kita berada diluar papua dan meilihat Papua secara utuh dengan segalah problem.
Entah kenapa, ini situasi yang sering sa hadapi, tapi tidak hanya sa, hal ini juga pernah disampaikan oleh beberapa kawan salah satunya pace Mikael Kudiai juga pace Musell Muller beberapa waktu lalu.
Terlepas dari segalah macam kebingungan. Hari ini, Papua benar-benar di serang secara brutal oleh pandemi Covid-19 yang telah memakan korban jutaan penduduk manusia di muka bumi.
Setelah dikabarkan Covid-19 varian delta talah masuk di Papua membuat situasi berubah drastis; hampir 24 jam bunyi sirene mobil Ambulance bergrilya di kota tidak berhenti antar mayat pulang-balik kuburan, bahkan satu kali dalam jumlah banyak.
Lebih mengerihkan lagi tempat jualan peti jenazah yang sering berharap orang meninggal agar laku tejual, habis tanpa stok, bersih di pungut korban Covid-19.
Baru satu minggu belakangan ini hampir puluhan orang yang meninggal akibat Covid-19. Bahkah ada yang meninggal karena di Vaksin? yang di sediakan pemerintah. Belum termasuk yang meninggal karena sakit, kekerasan militer dll.
Namun demikian, harus di ingat bahwa; "Papua masih stabil berada dibawah ancaman kolonialisme Indonesia (Penjajah) dan anacaman ini lebih ‘serius’ dan ‘berbahaya’ dibanding covid-19".
Kedua ancaman ini seperti pedang bermata dua; satunya membunuh dengan cepat dan yang satunya membunuh secara perlahan namun terorgnisir, sistematis dan rapih hingga dapat bedampak pada genosida dan ekosida di Papua.
Kedua ancaman ini tidak akan berhanti selama Papua masih berada di bawah penjajahan. Sekalipun produk hukum kolonial tentang Otsus Jilid II yang di sahkan oleh penjajah secara sepihak untuk dilanjukan di Papua, tidak akan menyelesakan akar persoalan di Papua.
Ketika rakyat Papua di ajak vaksin tentunya sulit mengikuti anjuran pemerintah kolonial, kecuali ada lembaga kesehatan dunia yang hadir di Papua. Sama halnya ketika menyelesaikan persoalan papua harus ada intervensi PBB atau pihak ketiga. Begitulah kepercayaan rakyat Papua terhadap Jakarta, yang sudah botak.
Disisi lain yang memberatkan banyak orang di papua yang tidak ingin mengikuti vaksin tidak terlepas isi kepala orang Papua yang telah didominasi oleh dogmatisme Agama tetang akhir zaman di poles lagi dengan berbagai macam teori konspirasi yang begitu liar di Papua.
Berpikir keras untuk mengehentikan dua ancaman ini, maka, yang harus hancurkan adalah akarnya atau virusnya, yaitu; kolonialisme Indonesia di Papua. Covid-19 merupakan pandemi yang bisa di atasi. Ingat, Covid-19 mudah diatasi dengan baik ketika sistem kesehatan di atur dengan baik.
Mengharapkan sistem kesehatan yang baik, vasilitas rumash sakit yang lengkap dan tenaga medis profesional yang banyak dalam kerangka kolonial hanyalah omong kosong, apalagi berharap covid-19 berhenti di tengah penjajahan.
Dalam kondisi ini tidak ada yang perlu di takutkan, apalagi dengan Covid-19. Yang harus ditakutkan dalam situasi ini ketika gerakan rakyat tidak memberikan alternativ kepada rakyat Papua dan membiarkan rakyat tidak berdaya menghadapi situasi, kehilangan kepernyaaan diri, serta tidak mampu bangkit berdiri dan mengakhiri penjajahan.
Membiarkan situasi tanpa ada kontrol dari gerakan politik sama saja menengelamkan massa rakyat Papua dalam lautan hegemoni penjajah. Tidak ada cara lain selain tindakan politik dalam bentuk 'Aksi Massa' yang secara luas di seluruh teritoy West Papua.
Tidak ada cara lain selain menghancrukan virus penjajahan-indonesia dengan perlawanan secara terorginisir diseluruh Papua, karena vaksin terbaik yang dapat megobati rakyat Papua hanya ada di dalam PAPUA MERDEKA.
Salam pembebasan...!
Komentar
Posting Komentar