![]() |
Boaz Solossa |
*Boaz Solossa dan Tinus Pae itu tokoh Dalam dunia sepak bola di West Papua.*
Mereka menjadi Ikon dalam hal Hubungan psikologi masyarakat Papua (persipura mania) dan Persipura: 2 orang legendaris. Itu poinnya.
Saya tidak memihak kepada siapapun: Boaz Solossa dan Timus Pae atau kebijakan Manajemen. Sebab peristiwa itu, menurut saya, dampak dari akibat peristiwa sebelum, meluas, rumit diungkapkan, lantas membengkak dan peristiwa ini sebagai ledakan kecil dalam kerumitan itu.
Ledakan-ledakan sebelum lainnya adalah dibatalkannya visa Pertandingan AFF musim lalu; dan keluarnya Manuel Wanggai, dan sebagainya. Tapi bukan itu yg saya maksud--persoalannya Tuhan dan Manajemen yg tahu.
Masyarakat Papua yang berada dibawah tekanan psikologi oleh kolonisasi, seringkali persipura menjadi salah satu hiburan melewati hari-hari penjajahan. Lantas kecintaan masyarakat Papua terhadap persipura, terutama terhadap kecerdikan setiap permainan, kolaborasi team dan haus akan gol di tian jaring lawan merupakan kebahagiaan bagi rakyat Papua. "Kala menang itu soal biasa, persipura tetap di Hati" itu lah jargon persipura mania setiap Persipura berlaga di lapangan hijau. Bahwasannya jargon2 semacam itu tidak berasal dari suatu ungkapan kecintaan yang kebablasan atau fanatik. Tetapi hiburan melewati hari-hari penjajahan--terkait klub sepak bola yang revolusioner itu nanti dibahas di lain waktu. Itu situasi psikologi rakyat Papua dan Persipura serta Boaz sebagai sang legendaris, Ikon-nya.
Terlepas itu semua, psikologi rakyat Papua hari ini sedang dihancurkan dengan polemik perpanjangan otsus yang sedang memanas. Jakarta targetkan untuk otsus harus lanjut di Papua. Merupakan target yang mendesak (bagi Jakarta) untuk kepentingan arus investasi dan tentunya mempertahankan kekuasaan yang mendominasi. Dalam polemik itu banyak peristiwa yang terjadi, peristiwa-peristiwa yang tentu mencoba menguji psikologi publik rakyat Papua. Misalnya: operasi militer, penangkapan dan pemenjaraan aktivis pro Papua Merdeka; meninggalnya sejumlah tokoh elit politik Papua dan Para Pastor akibat penyakit misterius, hanya Tuhan saja yg tahu. Peristiwa ini saya sebut dengan "Pangkas Tokoh Papua." Itu semua terjadi di ujung titik berakhirnya otsus. Titik yang dimana diuji Orang Papua yang siap bicara dengan tegas, atau Jakarta yang harus menangkan. Disitu rakyat papua dibingungkan dengan sejumlah peristiwa yang terjadi, psikologi rakyat Papua dihancurkan betul-betul.
Asumsi saya, pemecatan Boaz Solossa dan Tinus Pae juga akan membenarkan bahwa peristiwa ini ada di deretan peristiwa "pangkas Tokoh Papua".
Lalu peristiwa ini juga menguji psikologi rakyat Papua. Apakah rakyat Papua akan konsolidasikan diri lalu akan protes seperti aksi-aksi rasisme 2019 lalu? Itu yang sedang diuji dalam Persoalan manajemen Persipura dan pemberhentian Boaz dan Tipa. Sebelum-sebelumnya juga terjadi dengan penangkapan Jubir KNPB Victor Yeimo; meninggalnya Wagub Prov. Papua; persoalan Gubernur, Sekda Prov Papua dan Mendagri, dan seterusnya. Peristiwa-peristiwa ini Jakarta menyajikan Umpan untuk kemudian disambut dengan pembenaran atas segala stigma kepada Papua. Tetapi ujian yang paling penting adalah menghancurkan psikologi rakyat Papua, lalu Ia mulai dengan manajemen konflik-konflik horizontal di kemudian hari. Itu yang diperhatikan untuk kedepan.
Saya sadari bahwa belum bisa menunjukan secara empiris hubungan antara polemik otsus, penjajahan dan persoalan persipura. Apa lagi jangan sampai kita curigai keterlibatan Agenda Jakarta dalam konflik manajemen dan permainan persipura--itu kirong tratau, dong yg baku tau.
OLEH
Jhon gobai
Ketua AMP KK pusat (nasional)
Komentar
Posting Komentar